Hal Berharga Bagi Ibu
Desember 21, 2022“Aneh banget, kenapa Tante Arin mau aja berhenti kerja dan jadi ibu rumah tangga? Bisa-bisanya merelakan pendapatan besar dan karier yang bagus, kalau aku sih ogah. Ya kan, Bu?” ucapku suatu hari pada Ibu setelah mendengar bahwa salah satu adik ibuku yang baru saja menikah berhenti bekerja demi menjadi ibu rumah tangga full time.
Ibu hanya tersenyum. “Kamu cuma belum mengerti.”
Aku menghela napas kesal. Dalam hatiku menggerutu bahwa di sini ibu lah yang tidak mengerti. Lalu kusadari, sebenarnya posisi ibu hampir mirip dengan Tante Arin. Ibu juga pernah merelakan karier yang sudah dicapai dengan susah payah demi sepenuhnya fokus pada keluarga kecilnya bertahun-tahun lalu.
Melihat hampir seluruh wanita dalam keluargaku fokus menjadi ibu rumah tangga, meninggalkan karier cemerlang mereka. Aku benar-benar tidak paham. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa mereka lebih memilih untuk sehari-harinya hanya bergelut di dapur, mengurus anak, dan mengurus suami?
Ah, suami. Bapakku dan laki-laki lain yang sudah berstatus suami di keluargaku tak semuanya kulihat bersikap baik pada istri mereka yang bahkan sudah menyerahkan satu hal berharga mereka untuk mengurus dirinya dan keluarga kecilnya.
Pemandangan seperti itu lah yang sedari dulu kutelan. Menjadikanku sinis terhadap seorang ibu rumah tangga.
“Gak ada salahnya jadi ibu rumah tangga atau wanita karier, Nak. Selama mereka mengambil pilihan itu dengan sukarela tanpa paksaan dan tidak merugikan orang lain, biar lah. Karena saat kamu menjadi istri dan ibu, hal yang berharga untukmu bertambah, dan hal berharga lainnya bisa tidak terlihat terlalu berharga lagi. Ini hanya satu dari fase hidup, di mana orang-orang khususnya kita para wanita, bisa menemukan tujuan baru,” ucap Ibu tiba-tiba dan membuatku yang larut dalam pikiran sendiri tersentak.
Kalimat itu aku dengarkan lamat-lamat. Awalnya masih ada pemberontakan dalam hatiku. Namun, akhirnya aku tersadar bahwa benar kita para wanita mempunyai pilihan dan bebas memilih. Entah itu ibu rumah tangga atau wanita karier, asalkan pilihan tersebut kita ambil tanpa paksaan dan tidak merugikan orang lain mengapa tidak.
Bahkan tanpa Ibu yang menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya mungkin aku tidak tumbuh sebaik ini. Mungkin ini lah yang ibu anggap lebih berharga dari pada karier cemerlang, yaitu melihat anaknya tumbuh dengan baik melalui asuhannya sendiri. (Penulis Luthfia Lisandri, Mahasiswi Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Prodi Sosiologi)